Pandemi COVID-19 memang mempercepat adopsi teknologi dalam pendidikan, dari pembelajaran daring hingga penggunaan platform digital. Namun, di balik itu, terungkap jurang kesenjangan digital yang lebar. Data menunjukkan bahwa akses terhadap perangkat (laptop/ponsel) dan koneksi internet yang stabil masih menjadi barang mewah di banyak daerah, terutama di wilayah 3T (Terdepan, Terluar, Tertinggal).
Kesenjangan ini tidak hanya terjadi pada akses infrastruktur, tetapi juga pada kemampuan guru dan siswa dalam memanfaatkan teknologi secara efektif. Banyak guru di daerah terpencil yang tidak memiliki pelatihan memadai untuk mengajar secara daring, sementara siswa mereka kesulitan beradaptasi dengan materi digital yang tidak interaktif. Alhasil, teknologi yang seharusnya menjadi solusi justru memperlebar kesenjangan kualitas pendidikan.
Pemerintah dan lembaga terkait harus mengambil langkah strategis untuk meretas kesenjangan ini. Pertama, fokus pada pemerataan infrastruktur internet hingga ke pelosok. Kedua, berinvestasi besar pada pelatihan guru dan pengembangan konten digital yang adaptif dan mudah diakses, bahkan dengan koneksi yang minim. Ketiga, dorong inisiatif lokal yang kreatif, seperti pendirian “pusat belajar digital” komunal di desa-desa yang menyediakan akses dan pendampingan. Teknologi harus menjadi jembatan, bukan tembok yang memisahkan mereka yang beruntung dan mereka yang tertinggal.
Beri Komentar