Sabtu, 04-10-2025
  • Selamat datang di Website SMPN 2 SelaawiSelamat datang di Website SMPN 2 SelaawiSelamat datang di Website SMPN 2 SelaawiSelamat datang di Website SMPN 2 SelaawiSelamat datang di Website SMPN 2 SelaawiSelamat datang di Website SMPN 2 SelaawiSelamat datang di Website SMPN 2 SelaawiSelamat datang di Website SMPN 2 SelaawiSelamat datang di Website SMPN 2 SelaawiSelamat datang di Website SMPN 2 SelaawiSelamat datang di Website SMPN 2 SelaawiSelamat datang di Website SMPN 2 Selaawi
  • Selamat datang di Website SMPN 2 SelaawiSelamat datang di Website SMPN 2 SelaawiSelamat datang di Website SMPN 2 SelaawiSelamat datang di Website SMPN 2 SelaawiSelamat datang di Website SMPN 2 SelaawiSelamat datang di Website SMPN 2 SelaawiSelamat datang di Website SMPN 2 SelaawiSelamat datang di Website SMPN 2 SelaawiSelamat datang di Website SMPN 2 SelaawiSelamat datang di Website SMPN 2 SelaawiSelamat datang di Website SMPN 2 SelaawiSelamat datang di Website SMPN 2 Selaawi

Judul: Tantangan Implementasi Kurikulum Merdeka: Lebih dari Sekadar Ganti Nama

Diterbitkan : Rabu, 17 September 2025

Kurikulum Merdeka disambut dengan optimisme besar, menjanjikan fleksibilitas dan pembelajaran yang lebih relevan bagi siswa. Namun, di lapangan, implementasinya tidak semudah membalik telapak tangan. Salah satu tantangan terbesarnya adalah perubahan pola pikir guru dan ketersediaan sumber daya.

Berdasarkan pengamatan dan laporan dari lapangan, banyak guru yang masih terbiasa dengan metode pengajaran tradisional. Meskipun Kurikulum Merdeka memberi keleluasaan, sebagian besar guru merasa kebingungan dalam merancang proyek atau pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa mereka. Mereka membutuhkan pelatihan yang lebih intensif dan pendampingan yang berkelanjutan, bukan sekadar sosialisasi singkat.

Selain itu, Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) sebagai salah satu andalan Kurikulum Merdeka membutuhkan sumber daya yang tidak sedikit, baik dari segi waktu, tenaga, maupun materi. Sekolah-sekolah dengan dana terbatas sering kali kesulitan dalam mengeksekusi proyek-proyek ini secara maksimal. Alhasil, P5 hanya menjadi formalitas tanpa makna mendalam.

Kurikulum Merdeka adalah gagasan yang brilian, tetapi keberhasilannya sangat bergantung pada kesiapan ekosistem pendidikan secara keseluruhan. Pemerintah harus memastikan bahwa setiap guru mendapatkan pelatihan yang memadai dan berkelanjutan, serta menyediakan dukungan finansial yang adil bagi sekolah. Tanpa dukungan nyata di lapangan, Kurikulum Merdeka berisiko hanya menjadi perubahan nama tanpa memberikan dampak transformatif yang diharapkan.

0 Komentar

Beri Komentar

Balasan